Friday 7 June 2013

KESADARAN


Langkah  kaki menelusuri jalan panjang penuh lubang dan berdebu, panas terik matahari setia menemani  langkah kami berdua, tetes-tetes keringat berguguran membasahi setiap ruang kosong tubuh ini, terus dan terus melangkah sampai terlihat sebuah kubah  masjid dari kejauahan, lega dan gembira perasaan kami berdua tak sia-sia langkah kami berdua untuk mencari ”mencari sesuatu yang kadang tak perlu dicari “ , sempat kami melihat satu keluarga kecil yang sedang menunggu penuh penantian di tepi sungai sambil sesekali melihat umpan yang mereka pasang, tidak begitu lama umpanpun ditarik, betapa senang keluarga itu melihat di ujung kail mereka telah terjerat seekor ikan  pelus (sidat), senyum ikhlas  mengembang di bibir mereka, hati ini menjerit sedih, senang, iri bercampur menjadi satu di barengi tetes air mata yang mengalir pelan ke pipi, hati ini terus menggumam betapa bahagianya keluarga itu, mereka bisa tetap tersenyum ikhlas dalam keterbatasan, sekilas di benakku teringat berita kemaren di benda kotak yang mengeluarkan suara dan gambar, ketika sebuah keluarga yang serba kecukupan tapi tanpa ada kebahagiaan, sang suami korupsi dan mengumbar cinta ke wanita lain. Suatu pelajaran besar yang dapat aku peroleh di hari yang panas di tepi jalan berlubang  dan penuh debu berterbangan ini, puji syukur aku ucapkan kepada ”sang pencipta” atas semua yang telah diberikan kepada ku.
            Langkah kaki kami lanjutkan, matahari semakin gagah berdiri di puncak tahta, keringatpun semakin meluncur deras saling berlomba meluncur ke pusat bumi, langkah kami terhenti di persimpangan jalan, terlihat rumah penduduk yang semakin jelas, langkah kami terus kami percepat sembari penuh harapan ada penduduk yang baik hati member kami minum,tanpa sengaja mata ini terfokus di parit kecil di samping jalan, melihat ikan gabus yang cukup besar,dan udang-udang kecil yang menari ceria di parit tepi jalan, lelah yang tadi kami rasakan tiba-tiba menghilang  karena tarian-tarian kecil  si udang. Tak berapa lama bayangan sungai-sungai tercemar yang selama ini sering terlihat merusak benak ku, sering kali aku melihat sungai tercemar di setiap hari ku, bagaimana tangan-tangan itu tega melukai makhluk tak bersalah itu, dia hanya berusaha mengalir menuju kampung halamannya, tapi, tapi kenapa, tangan-tangan itu  berusaha membunuhnya secara perlahan. Pertanyaan ini hilang bersama langkah kaki kami menuju rumah kecil sederhana yang  sangat indah, seorang tua sedang berada di depan rumah sembari membenahi  jala yang kusut, dari percakapan dengan bapak tua itu kami banyak mendapatkan hal-hal baru, kami juga mendapatkan hal yang sangat-sangat penting yang  terus terngiang  di benak ku.
Bulan purnama menunjukan rupanya di malam ini, sinarnya membasuh wajah ku hingga menembus hatiku, suara nyamuk memecah kesunyian dimalam ini , teringat kembali kata-kata bapak tua  kemarin, ”KAMI SUDAH MUAK DENGAN PEMIMPIN YANG HANYA MENGOBRAL  JANJI DAN JANJI”,krisis kepercayaan yang terjadi di Negara ini memang sudah teramat parah, bagaimana tidak para pejabat-pejabat yang seharusnya menjadi wakil rakyat dan memperjuangkan hak dan kesejahteraan rakyat, sebaliknya mereka dengan sadar menggerogoti daging-daging rakyat,mencabik-cabik daging-daging rakyat, miris sekali memang fenomena yang terjadi di negeri ini, di lubuk hati yang terdalam ingin sekali aku melihat negeri ini menjadi negeri yang besar penuh dengan kepastian bukan penuh kepalsuan, mungkin hari ini negeri ini masih penuh kepalsuan dimana yang benar menjadi salah dan yang salah menjadi benar, memang kesadaran bukan sesuatu hal yang yang sulit tapi perlu di perjuangkan.

By :Dhe shiddiq

No comments:

Post a Comment