Saturday 8 June 2013

KKP Bantu Nelayan Miskin
Terkait Kenaikan BBM

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)menyiapkan berbagai program untuk membantu nelayan mengantisipasi dampak dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang rencananya akan ditetapkan pemerintah.

"Program bantuan tambahan yang akan diberikanberupa raskin (beras untuk rakyat miskin) dan perumahan khusus bagi nelayan miskin," kata Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif Cicip Sutardjo, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.

Untuk jumlah raskin yang akan diberikan, ujar Sharif, masih dalam tahap perhitungan oleh KKP karena    mengambil data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS). Sedangkan mengenai pembangunan perumahan khusus bagi para nelayan miskin, ia mengemukakan bahwa terdapat dana sekitar Rp1,6   triliun yang ditujukan untuk pengembangan dan pembaharuan pembangunan perumahan khusus bagi nelayan-nelayan miskin di daerah.

Dana tersebut akan digunakan untuk pembangunan perumahan, sekolah, posyandu untuk kesehatan, serta listrik, dan air," katanya. Menteri Kelautan dan Perikanan juga mengatakan, program tersebut rencananya akan diberikan di sebanyak 22 kabupaten yang tersebar di berbagai daerah di Tanah Air.

Dana tersebut akan digunakan untuk pembangunan perumahan, sekolah, posyandu untuk kesehatan, serta listrik, dan air," katanya.

Menteri Kelautan dan Perikanan juga mengatakan, program tersebut rencananya akan diberikan di sebanyak 22 kabupaten yang tersebar di berbagai daerah di Tanah Air.

Menurut beliau, kenaikan BBM memberikan  dampak yang signifikan bagi para nelayan karena bahan bakar merupakan 60 - 70 persen dari biaya operasional melaut.

Selain itu, KKP juga terus melakukan pembangunan Solar Pack Dealer untuk Nelayan (SPDN).Berdasarkan data hingga Bulan Desember 2010, jumlah SPDN yang beroperasi di Indonesia saat ini berjumlah 250 unit atau meningkat 8,69 persen dibandingkan tahun 2009 yang berjumlah 230 unit. Proyeksi SPDN hingga tahun 2015 diperkirakan mencapai 519 unit atau meningkat 107 persen. Artinya, selama tahun 2011 hingga tahun 2015 secara rata-rata terjadi peningkatan



Kesejahteraan Nelayan dalam
Realisasi Blue Economy,
Isu Garapan KAMMI KOMPAK 2013/2014
Kita sudah sangat sering mendengar tentang Green Economy, nah..sekarang tahukah pembaca semua    dengan Blue Economy?  yaa..konsep ini diperkenalkan Kementerian Kelautan Perikanan yang diharapkan   dapat menjadi cetak biru pengelolaan laut dan kekayaan maritim Indonesia dalam berbagai dimensinya. Sebab, berbicara soal laut, berarti berbicara kandungan sumber daya yang ada di dalamnya plus tata cara pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya itu. Kalau postulat ini disepakati, maka dengan sendirinya paradigma blue economy mau tak mau berbicara pula soal kepentingan pelaku ekonomi di atas permukaan laut yang tak lain adalah nelayan dan masyarakat pesisir.

Keprihatinan akan merosotnya kualitas lingkungan bahkan produktivitas laut Indonesia merupakan kekhawatiran dunia. Akan tetapi, kekhawatiran akan nasib nelayan Indonesia yang tak pernah bisa lepas dari belenggu kemiskinan mungkin hanya menjadi keprihatinan bangsa Indonesia sendiri.
Maka, pembangunan kelautan dalam visi dan paradigma biru harus memperhatikan salah satu elemen bangsa yang sepenuhnya mengandalkan medium laut dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan kata lain, konsep blue economy mestinya memperkokoh posisi kaum nelayan sebagai subyek pembangunan berbasis kelautan, melalui pelibatan mereka dalam upaya pelestarian kekayaan laut yang kini sedang ­mengalami kerusakan parah, seperti terumbu karang dan sebagainya. Kegagalan green economy menjaga lingkungan hutan lantaran cenderung tidak mengikusertakan kelompok masyarakat yang sehari-harinya tergantung dan bergantung pada lingkungan hutan mesti menjadi pelajaran buat kita bersama.
Berdasarkan keprihatian itu KAMMI KOMPAK melalui Departemen Kajian Strategis berniat          mengusung isu “Pengawalan Kesejahteraan Nelayan dan Masyarakat Pesisir dalam Realisasi Blue Economy, karena mau tidak mau nelayan dan masyarakat pesisir adalah pihak dominan yang akan sangat bergesekan dengan konsep Blue Economy.
Hal ini diperkuat dengan UU No.45 Tahun 2009 yang merupakan salah satu landasan penerapan Blue Economy yang menyebutkan bahwa salah satu tujuan pengelolaan perikanan adalah meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan pembudidaya ikan kecil, hal ini merupakan poin yang akan dikawal realisasinya oleh KAMMI KOMPAK di satu tahun kepengurusan ini, karena dalam pelaksanaan UU ini peluang adanya pembelotan dan munculnya kebijakan tidak pro-nelayan akan sangat besar jika melihat kejadian yang kerap terjadinya sebelumnya, salah satunya kebijakan pemerintah tentang usaha perikanan tangkap itu yang sangat pro pemodal asing .
(Tim Real Action KaStrat).



Friday 7 June 2013

KESADARAN


Langkah  kaki menelusuri jalan panjang penuh lubang dan berdebu, panas terik matahari setia menemani  langkah kami berdua, tetes-tetes keringat berguguran membasahi setiap ruang kosong tubuh ini, terus dan terus melangkah sampai terlihat sebuah kubah  masjid dari kejauahan, lega dan gembira perasaan kami berdua tak sia-sia langkah kami berdua untuk mencari ”mencari sesuatu yang kadang tak perlu dicari “ , sempat kami melihat satu keluarga kecil yang sedang menunggu penuh penantian di tepi sungai sambil sesekali melihat umpan yang mereka pasang, tidak begitu lama umpanpun ditarik, betapa senang keluarga itu melihat di ujung kail mereka telah terjerat seekor ikan  pelus (sidat), senyum ikhlas  mengembang di bibir mereka, hati ini menjerit sedih, senang, iri bercampur menjadi satu di barengi tetes air mata yang mengalir pelan ke pipi, hati ini terus menggumam betapa bahagianya keluarga itu, mereka bisa tetap tersenyum ikhlas dalam keterbatasan, sekilas di benakku teringat berita kemaren di benda kotak yang mengeluarkan suara dan gambar, ketika sebuah keluarga yang serba kecukupan tapi tanpa ada kebahagiaan, sang suami korupsi dan mengumbar cinta ke wanita lain. Suatu pelajaran besar yang dapat aku peroleh di hari yang panas di tepi jalan berlubang  dan penuh debu berterbangan ini, puji syukur aku ucapkan kepada ”sang pencipta” atas semua yang telah diberikan kepada ku.
            Langkah kaki kami lanjutkan, matahari semakin gagah berdiri di puncak tahta, keringatpun semakin meluncur deras saling berlomba meluncur ke pusat bumi, langkah kami terhenti di persimpangan jalan, terlihat rumah penduduk yang semakin jelas, langkah kami terus kami percepat sembari penuh harapan ada penduduk yang baik hati member kami minum,tanpa sengaja mata ini terfokus di parit kecil di samping jalan, melihat ikan gabus yang cukup besar,dan udang-udang kecil yang menari ceria di parit tepi jalan, lelah yang tadi kami rasakan tiba-tiba menghilang  karena tarian-tarian kecil  si udang. Tak berapa lama bayangan sungai-sungai tercemar yang selama ini sering terlihat merusak benak ku, sering kali aku melihat sungai tercemar di setiap hari ku, bagaimana tangan-tangan itu tega melukai makhluk tak bersalah itu, dia hanya berusaha mengalir menuju kampung halamannya, tapi, tapi kenapa, tangan-tangan itu  berusaha membunuhnya secara perlahan. Pertanyaan ini hilang bersama langkah kaki kami menuju rumah kecil sederhana yang  sangat indah, seorang tua sedang berada di depan rumah sembari membenahi  jala yang kusut, dari percakapan dengan bapak tua itu kami banyak mendapatkan hal-hal baru, kami juga mendapatkan hal yang sangat-sangat penting yang  terus terngiang  di benak ku.
Bulan purnama menunjukan rupanya di malam ini, sinarnya membasuh wajah ku hingga menembus hatiku, suara nyamuk memecah kesunyian dimalam ini , teringat kembali kata-kata bapak tua  kemarin, ”KAMI SUDAH MUAK DENGAN PEMIMPIN YANG HANYA MENGOBRAL  JANJI DAN JANJI”,krisis kepercayaan yang terjadi di Negara ini memang sudah teramat parah, bagaimana tidak para pejabat-pejabat yang seharusnya menjadi wakil rakyat dan memperjuangkan hak dan kesejahteraan rakyat, sebaliknya mereka dengan sadar menggerogoti daging-daging rakyat,mencabik-cabik daging-daging rakyat, miris sekali memang fenomena yang terjadi di negeri ini, di lubuk hati yang terdalam ingin sekali aku melihat negeri ini menjadi negeri yang besar penuh dengan kepastian bukan penuh kepalsuan, mungkin hari ini negeri ini masih penuh kepalsuan dimana yang benar menjadi salah dan yang salah menjadi benar, memang kesadaran bukan sesuatu hal yang yang sulit tapi perlu di perjuangkan.

By :Dhe shiddiq