Friday 10 May 2013

Sekilas Tentang Bohong


Bismillahirrahmaniirahiim,

Pagi ini tidak seperti pagi biasanya. Hawa dingin terasa begitu menusuk hingga mambuat badan ini betah untuk tak beranjak dari tempat tidur. Ya, hujan yang turun ke bumi Tembalang sejak sore kemarin sampai detik ini membuat mata ini semakin nyaman dengan “mimpi”.

Setelah shubuh berjama’ah di masjid terdekat tadi pun badan begitu sangat ingin menyentuh tempat tidur lagi, dan akhirnya, Zzz..Zzz... Biasalah, penyakit mahasiswa. Dan sampai detik ini, tepat pukul 07.03 sontak saya terbangun dari tidur, tidur yang tiada makna karena mengikuti bisikan pembawa  (red. syaithan)

Astaghfirulahal ‘adziiiim.. MasyaAllaaah.. Pagi ini ada syuro. Lupa lupa.. Astaghfirullah..” Ya, batin saya menjerit menyesali tidur pagi tadi, hingga agenda syuro yang telah terjadwal pukul 06.30 tadi terabaikan.

Segera saya bergegas, mengenakan pakaian rapih, parfum, dan segala keperluan untuk syuro. Satu hal yang lupa,,, saya belum mandi. “Ah, bodoh amat.” Batin kembali dalam hati.
Tuut tuut tuut tuut.” Tiba-tiba hp saya berbunyi.

Akh, antum dimana? Syuronya udah dimulai dari tadi.” Tanya seorang kawan di seberang sana melalui sms.

Batin ini kemudian berpikir keras. “Mau balas apa ya? Sedang kondisi belum sepenuhnya siap untuk berangkat.”

Oh iya akh, ana masih di jalan sebentar lagi sampe sana. Afwan ya. J” akhirnya jari-jemari ini berhasil membalas sms nya tanpa ada “rasa bersalah” sedikit pun, dan tanpa merasa berdosa karena telah membohongi diri sendiri dan orang banyak.

Sejurus kemudian saya telah siap dan langsung berangkat ke masjid kampus.
***
Assalamu’alaikum.”

Wa’alaikumsalam warahmatullah,” jawab semua ikhwan serempak.

Afwan ana telat akhi, ana tadi lagi ada urusan.” Lagi-lagi mulut ini tak sanggup mengatakan kebenaran. Astaghfirullah.. 

Iya akhi, gapapa,” tukas seorang ikhwan.

Pagi hari yang cukup dingin itu ternyata sedingin hati ini. Kerap kali hati tak dapat menghentikan bibir ini untuk berucap suatu kebohongan, hanya karena hal sepele, Ingin Menjaga Image di hadapan para ikhwah/sahabat lainnya. Saya sangat menyadari kebohongan ini, tapi lagi-lagi hati tak dapat menghentikan bibir ini untuk berulah. Entah, mungkin karena “berbohong sebagai candaan” sudah menjadi kebiasaan. Hingga akhirnya terbawa dalam kehidupan sebenarnya.

Naudzubillahi min dzaalik..
Astaghfirullahal ‘adziim, hamba mohon ampun Ya Rabb..

***

Mungkin ini yang telah menjadi kekhawatiran Rasulullah, bahwa akan datang suatu masa dimana kaum muslimin akan lalai dengan kehidupan dunia. Mereka lebih mementingkan kehidupan duniawi semata. Menjaga image, riya, ingin dipuji dan hal “menjijikkan” lainnya. Entah, tidak menyadari keberadaan Allah, ataupun karena mata yang mungkin tertutup oleh segala kesenangan dunia hingga begitu menyilaukan mata dari kebenaran-Nya. Tidak menutup kemungkinan, bahkan meskipun jika mereka adalah para muharrik dakwah sekali pun, hal rupa semacam ini bisa saja terjadi. Coba kita tanya pada diri kita sendiri…

Ini juga yang patut menjadi pelajaran bagi kita bersama sebagai ikhwah, kini panji-panji islam berada di pundak kita. Agar tetap bisa tegak di muka bumi, ianya butuh pejuang-pejuang yang tangguh. Inilah masa kita untuk menjadi pribadi yang tangguh dengan 10 muwashoffat yang sejatinya sudah bisa mengakar dalam diri kita. 

Kisah tadi merupakan salah satu hal sepele yang mungkin bisa jadi sering kita jumpai dalam kehidupan kita sebagai aktifis dakwah, bahkan termasuk penulis sendiri. Abdullah bin Mas’ud pernah berkata, “Tidaklah patut berbohong baik dalam masalah yang serius maupun dalam keadaan bercanda, dan tidaklah patut salah seorang di antara kalian menjanjikan sesuatu kepada anaknya kemudian dia tidak menepatinya.” (Shahih Adabul Mufrad (299/387)

Satu hal yang kemudian mengkhawatirkan saya adalah sabda Rasulullah. Berkenaan tentang hal ini Rasulullah juga pernah bersabda, 

Suatu khianat besar bila kamu berbicara kepada kawanmu dan dia mempercayai kamu sepenuhnya padahal dalam pembicaraan itu kamu berbohong kepadanya.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Berdasar cerita singkat tadi, sungguh sangat mengkhawatirkan sekali bagi para aktivis dakwah yang telah mengetahui akibat dibaliknya. Saya hanya mengingatkan bahwa Rasulullah pernah bersabda,

“Tanda-tanda orang munafik ada tiga, yaitu bila berbicara dusta, bila berjanji tidak ditepati, dan bila diamanati dia berkhianat.” (HR. Muslim)

Tinggal kita bertanya kepada diri kita, apakah kita pernah melakukan suatu kebohongan yang disengaja atau tidak, yang bisa saja menjadikan kita termasuk orang-orang munafik. Saya berdo’a kepada Allah mudah-mudahan kita tidak termasuk orang-orang yang kelak Allah tempatkan dalam neraka-Nya yang paling dasar. Na’udzubillahi mi dzaalik.
Semoga Allah senantiasa menjaga mulut kita dari segala perkataan kebohongan. Semoga Allah menjadikan mulut kita dapat berbicara melainkan hanya dipergunakan untuk mengucap kebenaran dan menepis kemungkaran. Semoga Allah menempatkan kita kelak dalam surga-Nya yang kekal. Amiin Allahumma Aamiin.

Segala khilaf dan salah dari saya, mohon dimaafkan. Selamat menempuh hari demi hari dengan keberkahan mulut kita. :’D

Alhamdulillahi rabbil ‘aalamiin,

[Ibrahim Al-Buntanj] - [1406]

No comments:

Post a Comment