Bismillahirrahmaniirahiim,
Pagi
ini tidak seperti pagi biasanya. Hawa dingin terasa begitu menusuk hingga
mambuat badan ini betah untuk tak beranjak dari tempat tidur. Ya, hujan yang
turun ke bumi Tembalang sejak sore kemarin sampai detik ini membuat mata ini
semakin nyaman dengan “mimpi”.
Setelah
shubuh berjama’ah di masjid terdekat tadi pun badan begitu sangat ingin
menyentuh tempat tidur lagi, dan akhirnya, Zzz..Zzz... Biasalah, penyakit
mahasiswa. Dan sampai detik ini, tepat pukul 07.03 sontak saya terbangun dari
tidur, tidur yang tiada makna karena mengikuti bisikan pembawa (red. syaithan)
“Astaghfirulahal
‘adziiiim.. MasyaAllaaah.. Pagi ini ada syuro. Lupa lupa.. Astaghfirullah..”
Ya, batin saya menjerit menyesali tidur pagi tadi, hingga agenda syuro yang
telah terjadwal pukul 06.30 tadi terabaikan.
Segera
saya bergegas, mengenakan pakaian rapih, parfum, dan segala keperluan untuk
syuro. Satu hal yang lupa,,, saya belum mandi. “Ah, bodoh amat.” Batin
kembali dalam hati.
“Tuut
tuut tuut tuut.” Tiba-tiba hp saya berbunyi.
“Akh,
antum dimana? Syuronya udah dimulai dari tadi.” Tanya seorang kawan di
seberang sana melalui sms.
Batin
ini kemudian berpikir keras. “Mau balas apa ya? Sedang kondisi belum
sepenuhnya siap untuk berangkat.”
“Oh
iya akh, ana masih di jalan sebentar lagi sampe sana. Afwan ya. J”
akhirnya jari-jemari ini berhasil membalas sms nya tanpa ada “rasa bersalah”
sedikit pun, dan tanpa merasa berdosa karena telah membohongi diri
sendiri dan orang banyak.
Sejurus
kemudian saya telah siap dan langsung berangkat ke masjid kampus.
***
“Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumsalam
warahmatullah,” jawab semua ikhwan serempak.
“Afwan
ana telat akhi, ana tadi lagi ada urusan.” Lagi-lagi mulut ini tak
sanggup mengatakan kebenaran. Astaghfirullah..
“Iya
akhi, gapapa,” tukas seorang ikhwan.
Pagi
hari yang cukup dingin itu ternyata sedingin hati ini. Kerap kali hati tak
dapat menghentikan bibir ini untuk berucap suatu kebohongan, hanya
karena hal sepele, Ingin Menjaga Image di hadapan para ikhwah/sahabat
lainnya. Saya sangat menyadari kebohongan ini, tapi lagi-lagi hati tak dapat
menghentikan bibir ini untuk berulah. Entah, mungkin karena “berbohong
sebagai candaan” sudah menjadi kebiasaan. Hingga akhirnya terbawa dalam
kehidupan sebenarnya.
Naudzubillahi
min dzaalik..
Astaghfirullahal
‘adziim, hamba
mohon ampun Ya Rabb..
***
Mungkin
ini yang telah menjadi kekhawatiran Rasulullah, bahwa akan datang suatu masa
dimana kaum muslimin akan lalai dengan kehidupan dunia. Mereka lebih
mementingkan kehidupan duniawi semata. Menjaga image, riya, ingin dipuji dan
hal “menjijikkan” lainnya. Entah, tidak menyadari keberadaan Allah, ataupun
karena mata yang mungkin tertutup oleh segala kesenangan dunia hingga begitu
menyilaukan mata dari kebenaran-Nya. Tidak menutup kemungkinan, bahkan meskipun
jika mereka adalah para muharrik dakwah sekali pun, hal rupa semacam ini
bisa saja terjadi. Coba kita tanya pada diri kita sendiri…
Ini
juga yang patut menjadi pelajaran bagi kita bersama sebagai ikhwah, kini panji-panji
islam berada di pundak kita. Agar tetap bisa tegak di muka bumi, ianya butuh
pejuang-pejuang yang tangguh. Inilah masa kita untuk menjadi pribadi yang
tangguh dengan 10 muwashoffat yang sejatinya sudah bisa mengakar dalam diri
kita.
Kisah
tadi merupakan salah satu hal sepele yang mungkin bisa jadi sering kita jumpai
dalam kehidupan kita sebagai aktifis dakwah, bahkan termasuk penulis sendiri.
Abdullah bin Mas’ud pernah berkata, “Tidaklah patut berbohong baik dalam
masalah yang serius maupun dalam keadaan bercanda, dan tidaklah patut salah
seorang di antara kalian menjanjikan sesuatu kepada anaknya kemudian dia tidak
menepatinya.” (Shahih Adabul Mufrad (299/387)
Satu
hal yang kemudian mengkhawatirkan saya adalah sabda Rasulullah. Berkenaan
tentang hal ini Rasulullah juga pernah bersabda,
“Suatu
khianat besar bila kamu berbicara kepada kawanmu dan dia mempercayai kamu
sepenuhnya padahal dalam pembicaraan itu kamu berbohong kepadanya.” (HR.
Ahmad dan Abu Dawud)
Berdasar
cerita singkat tadi, sungguh sangat mengkhawatirkan sekali bagi para aktivis
dakwah yang telah mengetahui akibat dibaliknya. Saya hanya mengingatkan bahwa
Rasulullah pernah bersabda,
“Tanda-tanda
orang munafik ada tiga, yaitu bila berbicara dusta, bila berjanji tidak
ditepati, dan bila diamanati dia berkhianat.” (HR. Muslim)
Tinggal kita bertanya kepada diri
kita, apakah kita pernah melakukan suatu kebohongan yang disengaja atau tidak,
yang bisa saja menjadikan kita termasuk orang-orang munafik. Saya berdo’a
kepada Allah mudah-mudahan kita tidak termasuk orang-orang yang kelak Allah
tempatkan dalam neraka-Nya yang paling dasar. Na’udzubillahi mi dzaalik.
Semoga
Allah senantiasa menjaga mulut kita dari segala perkataan kebohongan.
Semoga Allah menjadikan mulut kita dapat berbicara melainkan hanya dipergunakan
untuk mengucap kebenaran dan menepis kemungkaran. Semoga Allah
menempatkan kita kelak dalam surga-Nya yang kekal. Amiin Allahumma Aamiin.
Segala
khilaf dan salah dari saya, mohon dimaafkan. Selamat menempuh hari demi hari dengan
keberkahan mulut kita. :’D
Alhamdulillahi
rabbil ‘aalamiin,
[Ibrahim Al-Buntanj] - [1406]
No comments:
Post a Comment